Depan Data Desa Seni dan Budaya

Seni dan Budaya

Reog Cengal itu sendiri muncul dengan sejarah yang lumayan lama. Asal usul kesenian “Reog” ini berasal dari Desa Sangkanhurip Kecamatan Cigandamekar, Kabupaten Kuningan. Sekitar tahun 1940-an, Bapak Roheman dari Desa Cengal Kecamatan Japara bergabung dengan“Group Reog Pusaka Janggala” pimpinan Bapak Tawes. Pada masa perang kemerdekaan, “Group Reog Pusaka Janggala” pun mengalami kevakuman. Pada 1946, dengan restu Bapak Tawes, Bapak Roheman mendirikan grup baru yang dikenal sebagai “Group Reog Pusaka Margahurip” yang lokasi grup ini berada di Desa Cengal. Grup ini pun mengalami kemajuan seiring semakin seringnya tampil dalam setiap pergelaran. Tidaklah mengherankan apabila Reog ini dikenal dengan nama Reog Cengal karena berasal dari desa Cengal. Sekitar tahun 1970, “Reog Cengal” menjadi nama group “Reog Buhun Desa Cengal” yang dipimpin oleh Abah Ebro sebagai generasi penerus dari Bapak Roheman.


Konon Reog cengal dikenal sebagai salah satu kesenian buhun. Meski demikian, masih perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui apa yang membedakan Reog Cengal dengan reog lainnya. Secara umum, kesenian “Reog” buhun berfungsi sebagai hiburan bagi masyarakat, juga sebagai sarana dalam syiar agama Islam, dengan syair-syair lagu yang menyiratkan Keagungan Tuhan dan Kerasulan Muhammad SAW.

Reog Cengal sejatinya hampir sama dengan Reog Sunda yang dikenal luas. Kata “Reog” berasal dari kata “Riyeg-riyeg”, yaitu gerakan halus seperti orang yang sedang berdzikir.Reog merupakan perpaduan antara musik, tari dan kritik sosial. Yang khas dari Kesenian reog adalah penggunaan dogdog (gendang) yang ditabuh, diiringi oleh gerak tari yang lucu dan lawak dari para pemainnya. Lawakan yang disampaikan biasanya disampaikan dengan pesan-pesan sosial. Kesenian ini dimainkan oleh empat orang, yaitu seorang dalang yang mengendalikan permainan, wakilnya dan ditambah oleh dua orang lagi sebagai pembantu. Dalang memainkan dogdog berukuran 20 cm yang disebut dogdog Tilingtingtit. Wakilnya memegang dogdog yang berukuran 25 cm yang disebut Panempas, pemain ketiga menggunakan dogdog ukuran 30-35 cm yang disebut Bangbrang dan pemain keempat memegang dogdog ukuran 45 cm yang disebut Badublag

 

Sumber : https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=7244

Lampiran: